Mengamati Ucapan
Lao Zi, seorang penyair China berpendapat bahwa manusia tidak perlu mengatur cara mengekspresikan perasaan sesuai dengan hubungan yang terjalin. Hanya karena seorang anak bicara dengan tata bahasa non formal dan santai dengan orangtuanya, kemudian ia berbicara formal kepada atasannya di kantor penuh sopan santun, bukan berarti anak tersebut lebih mencintai atasannya di kantor daripada orangtuanya.
Ada banyak orang mengucapkan sesuatu dengan kalimat kurang baik meskipun ia tulus dan ucapannya bernilai. Kita melihat contoh nyata hasil ucapan seseorang baru-baru ini saat jalan di Lampung yang rusak parah justru berujung diperbaiki bahkan ditengok langsung oleh presiden. Di sisi lain, ada juga orang yang lancar dalam berbicara, penuh sopan santun, tapi sebenarnya ucapannya itu kosong.
Tanpa kita sadari, semakin kita terobsesi pada bentuk ucapan, maka sebenarnya kita akan mudah melukai orang pun merasa terluka saat mendengar ucapan mereka.
Tapi ucapan haruslah berdiri di tempatnya. Meski kata-kata yang jujur sangat bernilai, kata-kata yang sopan juga bukan hal yang perlu diabaikan. Dalam situasi tertentu, bentuk kata-kata masih memiliki peran penting. Karena bahasa dan kata adalah jembatan untuk menghubungkan kita dengan orang lain; menghubungkan kita dengan dunia.
Simpanlah kata-kata disaat kita tidak bisa menjelaskan sesuatu dengan cara yang lebih baik, atau ketika kata-kata itu bisa merusak sesuatu dalam hidup kita dan kita tidak siap menanggungnya. Hanya di saat kita siap untuk membuang kata-kata, di saat itulah kita bebas dari belenggu ucapan.
Komentar
Posting Komentar